Lippi: Juventus Kembali Dalam Persaingan Scudetto

Marcello Lippi bukan hanya legenda Juventus, tetapi juga ikon sepak bola Italia. Sebagai pelatih, ia membawa La Vecchia Signora meraih 5 Scudetto, 1 Liga Champions, serta berbagai trofi penting lainnya, dan tentu saja, ia menjadi otak di balik kesuksesan Timnas Italia di Piala Dunia 2006.

Dalam wawancara eksklusif dengan La Repubblica, Lippi berbicara tentang berbagai topik, termasuk filosofi sepak bolanya, Juventus, dan bagaimana obsesi taktik telah mengubah permainan modern.

Tak hanya itu, ia juga memberi pandangan menarik tentang perburuan Scudetto musim 2024-2025 ini, dengan Juventus kembali menjadi salah Satu penantang utama gelar.

Peluang Scudetto? Jangan Lupakan Juventus!

Musim ini, perburuan Scudetto tampaknya akan melibatkan Inter Milan, Napoli, dan Atalanta sebagai kandidat utama.

Namun, Lippi tidak terkejut jika Juventus kembali masuk ke persaingan Scudetto, setelah meraih 5 kemenangan beruntun di Serie A, yang membuat tim asuhan Thiago Motta kini hanya berjarak 6 poin dari posisi puncak.

“Scudetto? Saya tidak akan terkejut jika Juventus kembali dalam perburuan gelar,” ujar Lippi, dikutip dari Ilbianconero.com.

Meskipun musim ini penuh dengan tantangan, Juventus tetap berada di jalur yang memungkinkan mereka untuk merebut kembali kejayaan di Serie A.

Juventus di Era Lippi: Modern, Agresif, dan Tanpa Obsesi Taktik

Ketika ditanya tentang Scudetto pertamanya di Juventus, Lippi mengingat kembali bagaimana timnya menjadi simbol modernitas di sepak bola Italia:

“Kami adalah simbol modernitas. Tim saya agresif di setiap area lapangan, terorganisir, tetapi tanpa obsesi taktik seperti yang kita lihat sekarang. Saat ini, hampir semua tim terjebak dalam taktik. Saya lebih memilih pemain yang siap berkorban. Hal tersulit bagi seorang pelatih bukanlah memahami bagaimana pemain bermain, tapi memahami apa yang ada dalam pikiran mereka dan melatih mental mereka,”

Pendekatan Lippi memang berbeda. Ia tidak ingin para pemainnya terlalu kaku dengan skema taktik, tetapi lebih mengedepankan kedisiplinan, mental juara, dan keberanian dalam bermain. Filosofi ini yang membuat Juventus dominan di Italia dan kompetitif di Eropa pada masanya.

Juventus Itu Spesial, dan Lebih Baik Menjadi Tim yang Dibenci

Bagi Lippi, Juventus lebih dari sekadar klub besar. Ada sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan tim lain:

“Apa yang membuat Juventus spesial? Sejarahnya, dan kompetensi orang-orang yang mengelolanya. Perbedaannya baru terasa ketika Anda sudah berada di dalamnya. Juventus bukan hanya tim paling dicintai, tetapi juga tim paling dibenci. Mereka tidak disukai karena terlalu banyak menang. Dan menurut saya, itu justru hal yang bagus! Menjadi tim yang ‘antipatik’ karena kesuksesan itu luar biasa,”

Siapa Pemain Terbaik yang Pernah Dilatih Lippi?

Ketika ditanya siapa pemain terbaik yang pernah dilatihnya, Lippi tidak bisa memilih Satu nama saja:

“Jika saya menyebut Del Piero, saya juga harus menyebut Zidane. Jika saya menyebut Zidane, saya tidak bisa melupakan Del Piero… Dan juga Vialli, yang saya rindukan. Dia cerdas, berbakat, dan humoris. Kemudian ada Conte, yang menjadi referensi saya di lapangan. Pirlo, Nedved, Totti, Gattuso, Buffon… Dan tentu saja Roberto Baggio!”

Nama-nama tersebut memang ikon dalam sepak bola Italia dan dunia. Lippi beruntung pernah menangani generasi emas pemain berbakat, baik di Juventus maupun Timnas Italia.

Namun, ada beberapa pemain legendaris yang tidak pernah ia latih, dan ia mengaku ingin sekali memiliki kesempatan itu:

“Pemain terhebat yang tidak pernah saya latih? Maradona, Messi, dan Van Basten. Tapi yang paling luar biasa, yang hanya bisa saya lihat di televisi, adalah Pelé.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*