Juventus sedang berada dalam tekanan besar setelah kekalahan telak 0-4 dari Atalanta, yang menjadi kekalahan kandang terburuk mereka sejak 1967.
Mantan pelatih legendaris, Fabio Capello, memberikan analisis tajam tentang situasi ini, menyoroti kesalahan pertama yang dilakukan klub dalam bursa transfer, serta masa depan Thiago Motta di kursi kepelatihan.
Kesalahan Juventus di Bursa Transfer
Dalam kolom terbarunya di La Gazzetta dello Sport, Capello mempertanyakan keputusan Juventus dalam melepas Federico Chiesa dan Danilo tanpa banyak pertimbangan. Menurutnya, kedua pemain tersebut bukan hanya aset teknis, tetapi juga pemimpin di skuad.
“Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah: siapa yang memutuskan untuk melepas Chiesa begitu saja, lalu Danilo juga? Apakah ini sepenuhnya keputusan pelatih atau ada campur tangan klub?” tulis Capello.
Menurut Capello, jika keputusan ini sepenuhnya datang dari Motta, maka tanggung jawab pelatih semakin besar. Juventus kehilangan dua figur kunci yang seharusnya menjadi tulang punggung tim dalam menghadapi masa-masa sulit.
“Jika itu sepenuhnya pilihan Motta, maka tanggung jawabnya bahkan lebih besar karena mereka adalah dua pemain kunci, juga dalam hal kepemimpinan. Bagi saya, kesalahan pertama dibuat di sana, dalam keputusan bursa transfer,”
Selain itu, ia juga menyoroti gaya permainan Juventus yang lambat dan mudah ditebak.
“Di lapangan, Juve sejauh ini menunjukkan gaya permainan yang lambat dan dapat diprediksi,” kritiknya.
“Memang benar tim ini mendominasi penguasaan bola, tetapi tanpa ancaman nyata di area lawan,”
Penanganan Dusan Vlahovic yang Tidak Efektif
Capello juga menyoroti bagaimana Motta menangani Dusan Vlahovic. Striker asal Serbia itu dianggap tidak mendapatkan perlakuan yang tepat sehingga gagal memberikan dampak maksimal di lini depan.
“Hubungan antara Vlahovic dan Motta tidak pernah benar-benar menemukan chemistry yang bisa menguntungkan tim. Awalnya, Motta mencoba mengandalkannya, tetapi belakangan strategi itu ditinggalkan. Jelas bahwa Vlahovic bukan tipe striker yang cocok dengan sistem Motta,” jelas Capello.
Ketidakcocokan ini membuat Vlahovic sering terisolasi dalam permainan, padahal ia adalah salah satu finisher terbaik di Serie A.
Krisis Identitas Klub dan Kurangnya Fondasi Italia
Capello menilai bahwa Juventus dan juga AC Milan menghadapi masalah yang sama musim ini, yakni kurangnya identitas yang kuat dalam skuad mereka.
“Saya tidak mengerti mengapa banyak klub Italia tidak fokus membangun fondasi kuat dengan pemain lokal. Ini sangat penting, tetapi justru banyak tim lebih memilih pemain asing yang akhirnya tidak tampil sesuai harapan,” kritik Capello.
Hal ini menjadi refleksi bagi Juventus yang dalam beberapa tahun terakhir terlalu banyak mengandalkan rekrutan dari luar tanpa memperhatikan kesinambungan dan identitas tim.
Motta: Harus Bertahan atau Harus Pergi?
Motta memiliki kontrak hingga 2027, tetapi masa depannya di Allianz Stadium belum sepenuhnya aman. Beberapa sumber menyebutkan bahwa bahkan finis di empat besar tidak menjamin posisinya untuk musim depan.
Capello menegaskan bahwa keputusan mempertahankan Motta harus bergantung pada satu faktor utama, yakni kesatuan visi antara pelatih, manajemen, dan tim.
“Saya merasa para pemain Juventus sedang mengalami kesulitan mental, tetapi ini bukan karena tekanan dari suporter. Itu adalah hal yang wajar di klub besar. Namun, tidak semuanya buruk. Beberapa waktu lalu, berpikir tentang Scudetto masih realistis, dan masih ada waktu untuk memperbaiki situasi,” ujar Capello.
Jika seluruh elemen klub bersatu dan bekerja dalam satu arah, menurutnya, Motta layak diberi kesempatan lebih lama. Namun, jika ada perpecahan dalam visi dan strategi, maka berpisah adalah pilihan yang lebih baik.

Leave a Reply