
Pelatih Juventus, Igor Tudor mengaku puas dengan hasil imbang 1-1 yang diraih timnya melawan AS Roma di Stadio Olimpico dalam laga pekan ke-31 Serie A 2024-25, Senin (7/4/2025) dini hari WIB.
Bianconeri mengawali pertandingan dengan sangat agresif dan sempat unggul lebih dulu lewat Manuel Locatelli, yang melepaskan tendangan voli dari tepi area penalti setelah menerima bola pantulan yang lemah.
Namun, Eldor Shomurodov masuk pada babak kedua dan langsung menyamakan kedudukan menjadi 1-1, menerkam bola muntah dari jarak dekat setelah Michele Di Gregorio menepis sundulan Evan N’Dicka.
Tudor tak menutup mata terhadap kekurangan Juve, terutama saat kebobolan dari situasi bola mati.
“Kami perlu mengurangi kebobolan gol dari tendangan sudut, meskipun kehilangan pemain seperti Bremer, Gatti, dan Cabal tidak membantu,” kata Tudor kepada DAZN.
“Saat saya tiba, saya hanya mengandalkan metode bertahan dari permainan yang sudah mereka terapkan, tetapi kami tentu perlu memperbaiki dan meningkatkannya,”
“Saya sangat menyukai babak pertama, saat kami berusaha keras dan melakukan beberapa hal menarik. Roma mengubah sistem setelah jeda, mereka mencetak gol melalui tendangan sudut, tetapi saya merasa kami mengakhirinya dengan baik dan seharusnya bisa menang,”
Meski hanya meraih satu poin, Tudor merasa Juventus menunjukkan arah yang benar, apalagi Roma datang ke laga ini dengan tujuh kemenangan beruntun.
“Kami selalu ingin menang, tetapi mengingat performa terkini kami dan Roma juga meraih tujuh kemenangan berturut-turut, hasil imbang ini tetap memberi kepercayaan diri. Kami berada di jalur yang tepat,”
Bagaimana Tudor mengubah Juventus asuhan Thiago Motta
Salah satu perubahan taktis paling mencolok dari era Thiago Motta adalah kembalinya Juventus ke formasi tiga bek. Namun Tudor membawanya ke level berikutnya dengan menjadikan Lloyd Kelly dan Pierre Kalulu sebagai senjata ofensif di sayap.
“Idenya adalah mendorong Kelly dan Kalulu maju, tapi dengan menjaga keseimbangan agar tidak rentan terhadap serangan balik,” jelas Tudor.
Bukan Hanya Strategi, Tapi Jiwa
Di balik semua transformasi taktik dan perombakan struktur, ada satu elemen yang menjadi fondasi utama dari revolusi Tudor, yakni mentalitas.
“Tidak semua tim bisa datang ke Olimpico dan bermain seperti ini. Para pemain bermain dengan semangat, determinasi, dan rasa lapar. Itu bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh,”
Perjalanan 10 Jam Menuju Mimpi
Tudor juga berbagi cerita menarik tentang bagaimana ia menerima pekerjaan ini. Ketika Juventus menghubunginya, ia langsung memutuskan untuk mengemudi sendiri dari Kroasia ke Turin, menempuh perjalanan 10 jam demi memenuhi panggilan klub yang sangat ia cintai.
“Naik mobil rasanya lebih nyaman. Dulu saat jadi pemain, saya juga pernah menyetir ke Turin. Rasanya menyenangkan bisa kembali, tapi pekerjaan ini tidak selalu mudah. Dari luar mungkin tampak glamor, tapi kenyataannya penuh tekanan dan detail yang harus diperhatikan.” Pungkasnya sambil tersenyum.
Leave a Reply