
Performa Juventus kembali menjadi sorotan setelah kekalahan mengecewakan 0-1 dari Parma di pekan ke-33 Serie A 2024-25, dan kali ini kritik pedas datang dari salah satu legenda terbesar mereka, Claudio Gentile.
Mantan bek tangguh Bianconeri dan juara dunia 1982 ini tak mampu menyembunyikan kekecewaannya, dan bahkan sampai harus mematikan televisi karena tak tahan melihat buruknya pertahanan Juventus.
Kekesalan yang Memuncak karena Lloyd Kelly
Puncak kemarahan Gentile terjadi ketika melihat Lloyd Kelly gagal melakukan penjagaan ketat terhadap Mateo Pellegrini, yang kemudian mencetak gol tunggal kemenangan Parma.
“Saya menonton setiap pertandingan Juventus, tapi sering kali saya tidak bisa bertahan sampai menit ke-90. Saya begitu marah, saya harus mematikan televisi,” ujar Gentile kepada La Gazzetta dello Sport.
Menurutnya, kualitas marking yang diperlihatkan Kelly sangat jauh dari standar yang seharusnya dimiliki pemain Juventus.
“Saya tak tahan melihat bagaimana Kelly menjaga Pellegrini. Anda tidak melihat pemain bertahan yang marking dengan benar lagi,” keluhnya.
Juventus Kehilangan Identitas
Kekalahan dari Parma membuat Juventus melorot ke posisi kelima klasemen Serie A, hanya selevel dengan Lazio, bahkan posisi ke Liga Europa kini terancam.
Bagi Gentile, situasi ini adalah bukti nyata bahwa Juventus telah kehilangan identitasnya.
“Saya melihat sangat sedikit dari Juventus yang saya kenal. Mungkin Kenan Yildiz adalah pengecualian, dia punya bakat luar biasa dan saya yakin Gianni Agnelli akan menyukainya. Tapi itu tidak cukup,” ungkap Gentile.
Ia mengenang masa di mana di Juventus, mentalitas juara adalah segalanya. Finis di posisi kedua saja dianggap sebagai tragedi. Bandingkan dengan situasi sekarang, di mana Juventus justru berjuang keras hanya untuk bertahan di empat besar
“Juve adalah klub unik karena mentalitas menangnya. Dulu, jika kami finis kedua, itu bencana. Sekarang, mereka bahkan puas hanya mengejar posisi keempat,” tambahnya dengan nada getir.
Bursa Transfer dan Pilihan Pelatih yang Dipertanyakan
Gentile juga menyoroti banyaknya kesalahan dalam kebijakan transfer. Walaupun ia menolak menyebut nama secara langsung, ia menegaskan bahwa beberapa rekrutan musim panas lalu jelas-jelas tidak memenuhi harapan.
“Ada ekspektasi besar musim panas lalu, tapi itu perlahan memudar. Banyak penggemar yang saya temui setiap hari juga merasakan hal yang sama,” katanya.
Kembalinya DNA Juventus: Conte & Chiellini?
Ketika ditanya soal siapa yang layak memimpin Juventus ke depan, Gentile secara tegas mengusulkan Antonio Conte.
“Antonio adalah seorang pemenang, dan dia mengenal Juventus lebih dari kebanyakan orang. Kembalinya dia akan menjadi hal positif,” katanya.
Tak hanya Conte, Gentile juga menyebut Giorgio Chiellini sebagai sosok yang harus kembali ke klub, entah sebagai bagian manajemen atau pelatih.
“Chiellini adalah salah satu bek hebat terakhir. Sekarang Anda tidak lagi melihat bek yang benar-benar tahu cara marking, semua hanya fokus untuk membangun serangan dari belakang.” Tutup Gentile dengan nada prihatin.
Leave a Reply