
Kisruh internal di tubuh Juventus kini bukan hanya soal performa di lapangan, tetapi juga soal pertarungan kekuasaan di balik layar.
Jurnalis kenamaan Italia, Michele Criscitiello, menyebut konflik ini sebagai “perang sepupu” antara John Elkann dan Andrea Agnelli, dua pewaris keluarga Agnelli yang legendaris dalam sejarah sepak bola Italia.
Warisan Keluarga Agnelli dan Dua Arah Berbeda
Setelah wafatnya Gianni Agnelli pada 2003, tongkat estafet kepemimpinan keluarga jatuh ke tangan cucunya, John Elkann. Namun, Elkann yang lebih tertarik pada dunia bisnis daripada sepak bola, menyerahkan kendali Juventus kepada sepupunya, Andrea Agnelli, pada tahun 2010.
Keputusan itu sempat dianggap jenius. Dalam kurun satu dekade, Andrea berhasil membawa Juventus kembali ke puncak Serie A dengan sembilan gelar Scudetto berturut-turut dan dua kali mencapai final Liga Champions.
Namun, masa kejayaan itu berakhir pahit karena serangkaian skandal, investigasi hukum, serta kesalahan strategis yang memaksa Andrea mengundurkan diri pada November 2022 dan menerima larangan berkecimpung di dunia sepak bola.
Andrea Agnelli Ingin Kembali
Kini, menurut laporan Criscitiello dalam editorialnya di Sportitalia, Andrea ingin kembali memimpin Juventus.
Alasannya jelas, yakni kecintaan terhadap klub dan dunia sepak bola. Namun keinginannya itu berbenturan langsung dengan realitas keluarga John Elkann yang masih memegang kendali penuh dan tampaknya tidak menyukai gaya kepemimpinan sepupunya.
“Elkann bukan orang sepak bola, dan ia gagal dalam kesempatan kedua yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri,” tulis Criscitiello.
“Andrea tentu membuat kesalahan, tapi ia membangun kejayaan Juventus dari nol. Kini, ia ingin kembali karena ia paham dan mencintai sepak bola, berbeda dari sepupunya,”
Dua Opsi John Elkann: Menyerah atau Menjual?
Menurut Criscitiello, situasi ini tidak bisa berjalan setengah hati. Elkann harus memilih antara:
- Mengembalikan kekuasaan kepada Andrea Agnelli dan mundur sepenuhnya dari dunia sepak bola.
- Menjual Juventus kepada pihak ketiga yang memiliki visi dan gairah untuk mengembalikan kejayaan klub.
“Hari ini, Elkann memiliki dua pilihan, bukan tiga. Membawa sepupunya kembali dan mengucapkan selamat tinggal kepada sepak bola untuk selamanya, atau menjual Juventus, karena tidak ada yang memiliki gairah dan kompetensi seperti Agnellis yang lama,”
“Dia harus mengesampingkan pilihan ketiga sendiri, yaitu melanjutkan proyek yang tidak masuk akal ini. Juventus harus selalu menjadi pemenang dan tidak pernah bereksperimen.”
Apa Dampaknya bagi Juventus?
Kebingungan arah manajemen dan ketidakstabilan kepemimpinan sudah terlihat jelas:
- Hubungan dengan fans memburuk.
- Proyek olahraga kehilangan identitas.
- Keputusan transfer dan pelatih terkesan reaktif, bukan visioner.
Pergolakan internal ini bisa memperburuk performa tim, apalagi di tengah persaingan sengit Serie A dan tekanan finansial pasca sanksi.
Leave a Reply