
Mantan kiper legendaris Juventus dan Manchester United, Edwin van der Sar, mengungkapkan cerita menarik dari perjalanan kariernya di akhir 1990-an.
Dalam wawancara bersama La Gazzetta dello Sport, Van der Sar mengaku bahwa ia sebenarnya memiliki dua opsi besar, yakni bergabung dengan Liverpool atau Juventus. Namun, hatinya membawanya ke Italia untuk memperkuat Bianconeri.
Dua Tawaran Besar: Liverpool vs Juventus
Van der Sar, yang kala itu sudah bersinar bersama Ajax di bawah asuhan Louis van Gaal, mengaku telah berbicara dengan kedua klub. Namun, ada sesuatu yang membuatnya lebih condong ke Turin.
“Saya punya dua pilihan: Liverpool atau Juventus. Saya berbicara dengan keduanya, lalu hati saya mendorong saya ke Italia,” ungkap Van der Sar.
“Serie A saat itu adalah liga terbaik di dunia, Juventus adalah klub bersejarah, dan mereka baru saja mengalahkan kami di final Liga Champions 1996,”
Selain itu, ia juga mengaku terpikat dengan seragam hitam-putih Juventus serta tertantang bermain di klub yang pernah melahirkan legenda kiper seperti Dino Zoff.
“Saya menyukai seragam Bianconero, dan saya tertarik dengan ide bermain di tim yang diperkuat kiper legendaris seperti Dino Zoff,”
Masa Sulit di Turin
Meski datang dengan reputasi besar, Van der Sar mengakui bahwa periode dua musimnya di Juventus (1999-2001) tidak berjalan mulus. Ia merasa tak tampil maksimal dan harus menerima kritik dari publik Italia.
“Ada banyak perubahan di Juventus dibandingkan kebiasaan saya di Ajax. Saya tidak bermain dengan kemampuan terbaik, tapi saya tidak menyesal. Seorang striker bisa tidak mencetak gol, seorang kiper bisa gagal menyelamatkan bola. Itu bagian dari permainan,” jelas Van der Sar.
Akhirnya, setelah dua musim, Juventus melepasnya ke Fulham, yang kemudian membuka jalan menuju Manchester United, di mana ia meraih kesuksesan besar bersama Sir Alex Ferguson dan Cristiano Ronaldo.
Kenangan Indah Bersama Rekan Juventus
Walau tak sukses secara performa, Van der Sar tetap mengenang masa-masa di Italia dengan penuh kehangatan. Ia menceritakan bagaimana para pemain Juventus menyambutnya dengan tangan terbuka.
“Saat musim panas saya tiba, rekan-rekan satu tim mengajak saya makan malam: Ferrara, Iuliano, Zidane, Inzaghi, Zambrotta, Davids. Kami makan sangat enak di restoran Turin. Setiap kali saya ingin membayar dengan kartu kredit, mereka tidak pernah mengizinkan saya.” Kenangnya sambil tersenyum.
Leave a Reply