Kekalahan pertama Juventus di Serie A musim ini menghadirkan gelombang kritik besar, bukan hanya terhadap pelatih Igor Tudor, tetapi juga kepada jajaran manajemen klub.
Kekalahan 0-2 dari Como asuhan Cesc Fàbregas membuka perdebatan soal identitas dan arah baru Juventus yang kini dianggap mulai kehilangan jati diri.
Juventus Tumbang di Como: Awal Krisis atau Sekadar Peringatan?
Sebelum laga melawan Como, Juventus memang sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan performa.
Meskipun belum terkalahkan di Serie A, mereka kesulitan mencetak gol dan kerap tampil tanpa kreativitas. Namun kekalahan di tangan Nico Paz dan kolega menjadi momen di mana semua kelemahan itu terlihat jelas.
Igor Tudor dinilai gagal menemukan pendekatan taktik yang efektif untuk menembus pertahanan rapat Como.
Tim asuhan Fàbregas tampil disiplin dan agresif, memanfaatkan setiap celah di lini tengah Juventus yang tampak kehilangan arah.
Kekalahan ini tak hanya mengakhiri rekor tak terkalahkan, tetapi juga menimbulkan tekanan besar pada Tudor, yang kini berada dalam sorotan publik dan media.
Tony Damascelli: “Tudor Bukan Satu-satunya yang Salah!”
Dalam komentarnya kepada TuttoJuve, analis sepak bola Italia Tony Damascelli menilai bahwa kesalahan Juventus tak bisa dibebankan sepenuhnya kepada pelatih. Ia menilai bahwa struktur manajemen klub juga memiliki peran besar dalam kemunduran performa tim.
“Kekalahan pertama Juventus mungkin mengejutkan mereka yang belum benar-benar memahami batas kemampuan tim ini. Masalahnya bukan hanya teknis, tapi juga soal kepribadian dan karakter, hal-hal yang dulu menjadi ciri khas Juventus,” ujar Damascelli.
“Tudor bukan satu-satunya yang bersalah, dan para pemain pun tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Kualitas manajemen yang dipilih oleh Elkann sangat rendah. Mereka hanyalah figur tanpa bobot di ruang ganti,” tambahnya.
Damascelli juga menyinggung perilaku Damien Comolli, direktur olahraga Juventus, yang dianggap tidak profesional.
“Comolli selalu membawa istrinya ke tribun dalam setiap laga, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah manajemen Juventus,” sindir Damascelli, menilai bahwa hal itu menunjukkan lemahnya struktur profesional klub saat ini.
Komentar Damascelli mencerminkan masalah yang lebih dalam di tubuh Juventus, bukan sekadar soal hasil pertandingan, tetapi krisis identitas dan kepemimpinan.
Selama bertahun-tahun, Juventus dikenal sebagai klub dengan mentalitas juara dan struktur organisasi yang kuat. Namun kini, para pengamat melihat tanda-tanda bahwa fondasi itu mulai rapuh.
Juventus dinilai terlalu sering melakukan pergantian arah strategi dan filosofi permainan, tanpa fondasi yang jelas antara pelatih, direktur, dan pemilik klub. Hal ini membuat proyek Tudor tampak tanpa arah yang solid.

Leave a Reply