Luciano Spalletti tak menutup-nutupi kekecewaannya setelah Juventus tumbang 1-2 dari Napoli di Stadio Diego Armando Maradona dalam laga pekan ke-14 Serie A 2025-26, Senin (8/12/2025) dini hari WIB.
Kekalahan ini sekaligus menghentikan rekor tak terkalahkan Spalletti sejak menggantikan Igor Tudor di kursi pelatih Juventus, yang sebelumnya mencatat empat kemenangan dan tiga hasil imbang di semua kompetisi.
Secara jujur, Spalletti mengakui bahwa timnya terlihat seperti “penumpang” di pertandingan tersebut.
“Napoli menekan lebih keras sejak awal, kami terlalu ragu membawa bola, lalu kami kehilangan penguasaan dengan mudah. Mereka membuat kami mengejar mereka terus-menerus,” ujar Spalletti kepada DAZN Italia.
Napoli Memaksa Juventus Berlari Tanpa Kontrol Bola
Spalletti menilai bahwa masalah utama Juventus bukan sekadar kalah duel, melainkan gagal menjaga kontrol permainan.
“Jika Anda tidak menguasai bola, mereka akan memaksa Anda berlari di sepanjang lapangan. Napoli dalam kondisi terbaik, mereka punya kekuatan dan kualitas untuk menghukum Anda,”
Napoli memanfaatkan kelengahan Juve secara efektif: agresif dalam pressing, unggul dalam transisi, dan memaksimalkan kualitas individu seperti David Neres dan Rasmus Hojlund, sang pencetak brace penentu kemenangan Partenopei.
Taktik Berani yang Gagal: Kenan Yildiz Sebagai False 9
Salah satu kejutan terbesar dalam pertandingan ini adalah keputusan Spalletti tidak memainkan Jonathan David atau Lois Openda, meski keduanya fit.
Alih-alih, ia menempatkan Kenan Yildiz sebagai false 9.
Meski Yildiz mencetak gol penyama kedudukan, Spalletti menyadari eksperimen itu tidak berjalan maksimal:
“Saya rasa Yildiz dan Conceicao bisa menjalankan peran itu karena mereka mengoper bola dengan baik, tapi Locatelli terlalu dalam dan tidak menempati area yang saya inginkan. Dua penyerang kami kurang bergerak, sehingga kami terperangkap di tengah,”
Kesalahan posisi membuat Juventus gagal memanfaatkan keunggulan jumlah pemain di lini tengah. Aliran bola menjadi lambat, predictable, dan mudah dipatahkan.
Perbaikan Babak Kedua: Masih Kurang Agresif
Spalletti memasukkan Jonathan David di babak kedua untuk menambah dimensi permainan. Juventus sempat terlihat lebih solid dan berhasil menyamakan skor. Namun, Napoli kembali menghukum kesalahan kecil yang berakibat fatal.
“Setelah gol penyama kedudukan, kami mengontrol permainan, tetapi terlalu jelas, terlalu mudah ditebak. Kami tidak mencoba melakukan sesuatu yang ekstra,”
Spalletti menegaskan bahwa Juventus harus berkembang dengan cepat jika tidak ingin kehilangan arah di musim ini.
“Jadi kami jelas membutuhkan kemajuan dan kecepatan, jika tidak, situasinya akan sulit,”
Masalah Lama yang Kembali Terlihat: Rapuh di Tiang Jauh
Juventus kembali menunjukkan kelemahan yang sudah terlihat sejak era Tudor: sering kecolongan dari umpan silang tiang jauh.
“Napoli terus-menerus memblokir untuk menciptakan ruang, dan kami terus tertipu. Kurangnya komunikasi juga membuat mereka lebih mudah melepaskan umpan silang,”
Gol kedua Hojlund lahir dari situasi ini: McKennie gagal menghalau bola dan justru memberi assist untuk penyerang Napoli.
Emosi di Maradona: Disambut, Tapi Dipukul Balik
Laga ini bukan sekadar pertandingan bagi Spalletti. Ia kembali ke stadion yang pernah menyanyikan namanya setelah mempersembahkan Scudetto 2023 bagi Napoli.
“Ketika fans menyanyikan lagu-lagu yang saya hafal di luar kepala, rasanya luar biasa. Atmosfer yang hanya bisa diciptakan di Stadio Maradona.”
Namun alunan nostalgia itu berubah menjadi luka kompetitif. Spalletti pulang sebagai rival, bukan pahlawan.

Leave a Reply