
Juventus mengalami malam yang memalukan di Allianz Stadium setelah dihancurkan 0-4 oleh Atalanta dalam laga pekan ke-28 Serie A.
Kekalahan ini bukan hanya sekadar hasil buruk, tetapi juga mempertegas bahwa tim asuhan Thiago Motta masih belum memiliki identitas permainan yang jelas, bahkan setelah Delapan bulan kepemimpinannya.
Kekalahan Terburuk Juventus di Kandang dalam 58 Tahun
Gol-gol dari Mateo Retegui, Marten De Roon, Davide Zappacosta, dan Ademola Lookman memastikan Juventus mengalami kekalahan kandang terburuk mereka dalam hampir Enam dekade.
Selain memupus harapan mereka dalam perburuan Scudetto, laga ini juga menyoroti kelemahan taktis Juventus yang belum terselesaikan.
Para pundit Sky Sport dalam acara Calcio Club mencoba menganalisis permasalahan yang dihadapi Juventus.
Mereka menilai bahwa lebih dari sekadar posisi di klasemen, Juventus masih tidak memiliki arah permainan yang jelas di bawah Motta.
Ketidakjelasan Identitas Permainan Juventus
Giancarlo Marocchi memberikan pandangan luas tentang Juventus di bawah Motta. Menurutnya, hingga bulan Maret ini, Juventus masih belum memiliki dasar yang kokoh untuk membangun tim ke depannya.
“Masalahnya adalah kita sudah di bulan Maret dan kita masih tidak tahu bagaimana harus menilai tim Juventus ini. Tidak ada satu pun pemain yang benar-benar tampil konsisten, tidak ada kepastian untuk musim depan. Mereka selalu berubah, mengganti hierarki pemain, yang menurut saya adalah kesalahan besar dalam sepak bola,” tegas Marocchi.
“Seharusnya ada Enam atau Tujuh pemain yang bisa diandalkan untuk menjadi pondasi tim. Namun, yang terjadi sekarang adalah Juventus tidak punya pijakan yang kokoh, dan mereka hanya bermain untuk mengejar posisi di klasemen,” tambahnya.
Faouzi Ghoulam menyoroti bagaimana Juventus kerap terjebak oleh serangan balik cepat Atalanta.
“Atalanta sangat tajam dalam serangan balik. Setiap kali Yildiz kehilangan bola, mereka langsung menumpuk pemain di sekitarnya. Setelah restart, Atalanta sering unggul jumlah dalam serangan mereka, dengan Cambiaso kesulitan untuk kembali ke posisi bertahan,” jelas Ghoulam.
Beppe Bergomi menambahkan bahwa Gasperini mengubah strategi dengan menempatkan Cuadrado lebih melebar, yang membuat Juventus kehilangan keseimbangan.
“Juventus mencoba mengeksploitasi sisi kanan, tetapi Atalanta menutup ruang itu dengan baik. Motta ingin mengecoh mereka dengan menempatkan Locatelli lebih maju sebagai gelandang serang, tetapi Atalanta tidak terjebak dan justru memanfaatkannya untuk melancarkan serangan yang lebih efektif.” Ujar Bergomi
Leave a Reply